Monday 30 April 2012

Masih Banyak Asa yang Tersisa

Album Paquita bertajuk Asa, mengingatkan saya pada Jingga, band one hits wonder, Tentang Aku, duo Fe dan Therry.



Kesulitan musisi mengaransemen lagu yang pernah hits di jamannya, bisa dilewati Paquita dengan mulus. Beberapa lagu bisa dilepaskan karakternya dari musisi yang dulu mempopulerkan lagu tersebut, salah satunya karena suara Paquita yang khas.

Salut atas kerja keras Shanda Drew dan Aqi Alexa yang mengerjakan aransemen dan produksi album ini. Garapannya rinci, ambience dalam setiap lagu kuat. Pemilihan lagunya juga pas dengan pembawaan karakter Paquita yang tegas dan santai, dari keseluruhan saya sangat suka Melati Putihnya GSP. Tika Bisono berhasil mempopulerkan lagu ini dengan cantiknya, ternyata Paquita tidak kalah cantiknya, nuansa triphop plus sentuhan etnik kental di lagu ini. Nuansa ala Portishead, sampling manis porsi tepat, membuat lagu-lagu di album ini tidak kalah manis dengan nuansa dreampop sedikit dramatis.

Album ini layak simak, hampir menuju nilai yang sangat memuaskan, terlebih karena keterlibatan Indra Lesmana di album Asa ini. Album ini membunuh stigma awam, kalau musik elektro itu njelimet dan tidak ramah telinga.

Menurut saya elektro bukan musik musiman yang lekang waktu. Salam sejuk untuk Satriawan Wiguna, dengan cantiknya memberi warna unik di Dalam Kelembutan Pagi. Melodi dari piano elektriknya patut diacungi 4 jempol.

Terimakasih Paquita Widjaya, masih banyak Asa yang tersisa.

Friday 27 April 2012

Indonesia dan Musisi Wanita Seksi


Sedikit sekali musisi wanita Indonesia yang membenamkan diri di jajaran neo soul music.
Neo soul adalah genre musik yang lahir sejak tahun 1900-an. Sudah lama sekali, Campuran antara jazz, funk, R&B kontemporer. Unsur African music kadang jadi nuansa para musisi neo soul

Mengapa disebut soul? Para musisi kulit hitam menyanyi dari hati karena di masa itu ada beberapa kelompok musisi merasa dirinya tertindas dan bermusik sebagai bentuk pemberontakan. Mereka bermusik di gereja (gospel music) ataupun saat senggang. Sampai suatu saat neo soul amat digemari, Motown Records salah satu record yang mempopulerkan neo soul.

India Arie, Erykah Badu, Lauryn Hill, Alicia Keys, Mary J. Blige, Amel Larrieux, Lisa Stanfields, menurut saya adalah contoh musisi neo soul wanita yang super kece. Begitupun Adele, saya sangat setuju kalau dia masuk ke genre neo soul melihat pembawaan dia di setiap lagunya. Amy Winehouse pun belakangan ini mulai nyemplung ke neo soul, sebelum ia meninggal tentunya. Corinne Bailey Rae, salah satu musisi neo soul favorit saya di kalangan musisi cewek muda nan kece. 

Nah kalau di Indonesia sendiri kita punya ga sih? Sebut saja Rieka Roeslan, Moluccas dan musisi yang diakui memiliki kekuatan karisma di tiap penampilan mereka. Bernyanyi dengan performa optimal serta liukan suara menjura.
Di era kekinian ada Parkdrive yang memiliki vocalis hebat, walaupun sudah sempat berganti dua kali, secara kebetulan vocalis mereka mempunyai warna neo soul yang kuat. Parkrive with Mikuni.
 


Parkdrive with Olivia Latuputty


Ada pula sebuah band yang sudah cukup lama malang melintang di berbagai gigs,
Bonita and The Husband, kuartet music ciamik, gabungan antara folk, soul dan R&B:



Solois wanita yang mempunyai teknik improvisasi yang kuat di setiap performanya, cocok dijuluki the next Erikah Badu Indonesia. Simak saja Musik Sepi dari Jemima:


Dan yang terakhir ini adalah seorang solois yang tidak asing dengan dunia panggung walau album pertamanya belum rampung. Saya giring kalian menuju Soundcloudnya yang terlalu keren untuk seorang musisi muda. Dia punya rumus sendiri dengan suara empuknya, rumus liuk kali rasa sama dengan fantastis.Grace Sahertian.


Musisi wanita Indonesia dengan berbagai karakter bermunculan. Dan neo soul bisa jadi semacam jamur yang akan terus menyebar dan menjadi marak. Semoga saja.


Tuesday 24 April 2012

Tulus Bukan Sekedar Ikhlas





Tulus seringkali disebut-sebut sebagai perilaku yang terpuji. Jadi tidak salah bila segudang pujian akan saya lempar-lempar di depan mukanya yang kocak ini, muka seorang Tulus. Singer songwriter baru yang begitu saja datang, muncul, berproses dan membungkus karyanya pada sekeping cd. Begitulah penuturan Ari Renaldi, musisi jazz gaek asal Bandung yang sudah lama malang melintang bersama Imam Pras Quartet. Dan entah kenapa lebih dari sekedar yakin mas Ari menggaet Tulus untuk ia dandanin secara keseluruhan, aransemen lagu, produser hingga sesekali menabuh drum untuknya.

Seistimewa apakah Tulus ini hingga Anto the Antruefunk pun ikut bergabung dengannya, ini ada satu video sebelum dia membuat album. Mungkin ini titik penemuan mas Ari yang menyeret Tulus pada sebuah proses.


Aru Lab Jazz (acara rutin kumpul-kumpul jazz bertempat di studio Aru) yang legendaris itu mewarnai cerita bermusik Tulus hingga menjadi sebuah album ciamik,tanpa judul. Hanya tertulis TULUS di sampul cdnya.


 ............................................................................................................................................................
Sehabis hujan di kota Bandung, mas Ari tiba-tiba saja menggiring saya bercakap-cakap tentang Tulus ini tentu saja saya mendengarnya dengan ikhlas. Karena jujur saja saya penasaran dengan dengan Tulus yang begitu ramai dibicarakan oleh teman-teman saya musisi indie asli maupun gadungan. Saya pun pernah sekali mendengar lagu Oh I Never Know-nya Tulus feat. Risa Saraswati. Nih video livenya yang super kece:





Setelah mas Ari kasih cd itu cuma-cuma sama saya, langsung saya dengarkan 4 kali berturut-turut. Ada 10 track manis yang cukup kadarnya, tidak terlalu kemanisan ataupun kurang manis. Porsinya pas, hingga saya tidak bertemu bosan saat mengulangnya terus menerus.

Merdu Untukmu (intro)
track 1
Appertizer yang menggigit berdurasi 01.05

Teman Pesta
track 2
Mengambil ambience 80an namun dengan suaranya yang tidak bisa terlalu melengking, aura fariz Rm dan Chrisye yang saya inginkan dari pertama intro lagu ini dimulai, sama sekali tidak ditemukan. Tulus membangun sendiri suasana groove. Dengan karakternya yang kuat.

Kisah Sebentar
track 3
Bossanova dihadirkan begitu riang dengan beberapa pattern piano penuh kejutan. Ada suasana semi glam ala era Frank Sinatra, dibalut brass section yang baur. Di lagu ini terasa sekali Tulus mencoba melebarkan range suaranya, tapi sayang masih pada comfort zonenya. Belum ada suara-suara melengking beresiko.

Sewindu
track 4
Pop manis yang tetap tidak melepas atribut musik jazz yang dinamis. Saya suka dengan kata-katanya yang sederhana dan mudah dicerna seperti meneguk teh manis hangat selepas hujan menanti jemputan pacar. Lucunya lagu ini ternyata lagu sedih. Tidak semua nada riang bermakna senang.

Diorama
track 5
Salah satu lagu favorit saya. FAVORIT!
Aku patung mereka patung. Cangkir kaku teh hangat namun kaku dan dingin. Meja-meja kayu mengkilap. Wajahmu dibasahi airmata yang dilukis.

Kamu sehat, Tulus?
Kata-katamu di lagu ini SAKIT! Ini salah satu lirik berbahasa Indonesia terbaik yang pernah saya temui.

Tuan Nona Kesepian
track 6
Lagu favorit kedua, penuh gimmick dan serupa anekdot. Lirik-liriknya berima dan mudah dihafal. Tentunya masih sangat Tulus sekali. Dia mampu menunjukkan karakter tanpa membenalukan dirinya mirip dengan ini atau itu. Ya, walau sedikitlah suaramu mirip Mike Mohede. Tapi sedikit.


Jatuh Cinta
track 7
Lagu paling romantis di album ini. Yah sebenarnya saya yakin Tulus itu romantis. Kata-katanya mengalir tanpa banyak pikir, karena dia menjadi dirinya apa adanya.

Teman Hidup
track 8
Makin mantap saya bilang Tulus penulis lagu yang baik, kata-kata yang sebenarnya biasa saja bisa dia poles dengan luar biasa. Wow, saya terlalu berlebihankah? Tidak! Karena saya mengerti betapa sulitnya membuat lirik baik seimbang dengan musik apik. Itu sulit bukan main.

Sewindu
track 9
Rhodes version
Complete theme for a best sad song i ever had.


Merdu Untukmu
track 10
Kuingin bernyanyi melekat di telingamu / Bingkai seisi semesta / Semua yang bisa bercerita / Kuingin brnyanyi melekat di dalam hatimu / Bingkai beragam nada / Agar semua merdu untukmu / Merdu untukmu /



Terimakasih Tulus kamu keren. Saya kecewa, buat apa kamu bikin album pertama terlalu bagus, saya khawatir kamu kehabisan gimmick untuk album kedua, ketiga, dan seterusnya-seterusnya.

Pfth kekhawatiran omongkosong dari penggemar tiba-tibamu. Good idea, good music, good words. Congrats.





Kamu suka Tulus seperti saya menyukainya, come and klik www.musiktulus.com


Sumber foto: musiktulus.com

Awal Nyemplung di #BincangMinggu

    Hai teman, saya hobi sekali berkicau di Twitter tapi tidak mau mengkategorikan diri dengan menyampah karena kicauan itu adalah hasil pemikiran manusia. Wuopo ikiiii…
Oleh karena hobi aneh itu saya memutuskan untuk mengembangkan diri dengan berkicau tentang hal yang sangat suka. Musik.

    Saya menyukai musik karena tidak bisa bermain alat musik, hanya sekedar penikmat dan mengamati. Dari kecil saya senang memakan pita kaset album Michael Frank bapak saya lalu saya ulir dan lilit di tubuh. Mungkin dari sinilah awal cerita mengapa saya begitu tertarik dalam berbagai hal mengenai musik. Entah itu aliran musik, manajemen artis, pementasan, alat musik, sejarah musik hingga attitude musisi.

    Saya mulai nyemplung ke industri musik sendiri sekitar tahun 2001, pertama kali menjadi seorang penyiar di sebuah radio di Tasikmalaya. Namun, bapak tidak mengijinkan saya untuk hanya mendengarkan satu jenis musik saja. Beliau memberi saya gambaran mengenai punk, rock dan jazz. Ajaibnya saya tidak tahu apa saja yang dicekokin ayah saya. Hanya mendengar dan menikmati. Seingat saya Selena Jones, Chick Corea, Bob James, Bubi Chen, Jack Lesmana, Harry Mukti, Sex Pistol, Robert Plant dkk.

    Sampai di tahun 2006 saya bekerja di Score Music Bandung sebagai Entertainment Programmer dan iseng-iseng suka bantu-bantu Radio Prambors event off-air. Lalu berlanjut dengan posisi sama di Soho Music Bandung Jakarta, kerjaannya komentarin band dan seleksi mereka cocok ngga manggung di sini. Hahahah menyenangkan sih bagi saya.

   Setelah lulus kuliah saya menjadi manager Angsa dan Serigala cuma setahun setengah saja, dilanjut ke 70s Orgasm Club hanya seumur jagung saja karena saya harus ke Jakarta untuk bekerja di sebuah radio di Jakarta Timur bernama MD Radio. Ga betah di sana, saya balik ke Bandung sambil jadi presenter acara music di Bandung TV nama acaranya PILOKS, pilihan lagu ter-oks. Lucu deh formatnya, betah sampai setahunan terus berhenti dan training di Auto Radio. Gemes dengan playlist lagunya yang itu-itu saja, saya mengajukan diri untuk menjadi asisten Music Director di sana. Tiap hari Rabu saya keliling label untuk mendapatkan lagu new entry. Whoa, sedikitnya menyimak peta penyebaran music komersil di Indonesia. Ya gitu di tiap radio day disuguhin ina ini inu di tiap label. Dan tahun kemarin, 2011 saya keterima jadi broadcaster MRA ditempatin di Trax FM dan hanya bertahan selama masa training 6 bulan saja, entahlah mengapa, mungkin karena saya ga pandai berbahasa Inggris.

   Setelah itu berkenalan dengan Levi The Fly melalui sahabat saya Atri, dipercaya memanageri Ecoutez kurang lebih 7 bulan sampai akhirnya saya memilih untuk kerja di SalingSilang.com. Sempat saat memegang Ecoutez saya bantu-bantu manajemen Float juga.

   Ga Cuma di manajemennya, di tahun 2005 saya memiliki band akustik jazz bareng teman-teman yang aktif di Rumah Musik Harry Roeslie namanya Novan, gonta ganti aliran sampai rock alternative ga masuk juga. Akhirnya saya gabung di Beethoven From Stereo selama 3 tahun. Sumpah suara saya butut banget tapi sangat suka nyanyi, saya les privat sama seorang pria Ambon baik hati bernama Bung Victor, nafas mulai lumayan ga bengek lagi. Lalu lanjut les di Bung Vence Manuhutu.

   Intinya saya sangat mencintai musik tapi saya tidak tahu bisa mebuat apa untuk musik itu sendiri. Yang saya bisa hanya mengapresiasinya dengan membaca sejarah, mencari tahu apa yang menarik, menonton konser dan mengamati peta perkembangannya. Lalu, melalui media sosial Twitter saya mencoba untuk membuat #BincangMinggu, setiap akhir pekan, saatnya kita bicara musik.

Salam musik.

Sumber foto: Jodhy Pamungkas

Saturday 21 April 2012

VRC-The XX






Ini adalah lagu paling keren dari The XX. Pertama kali jatuh cinta sama The XX ya gara-gara lagu ini dan liriknya yang nyelekit. Lo, cobain deh dengerin ini sambil baca liriknya, tapi lo harus abis diputusin.

 You used to have all the answers
And you, you still have them too
And we, we live half in the daytime
And we, we live half at night

Watch things on vcrs
With me and talk about big love
I think we're superstars
You say you think we are the best thing
And you, you just know
You just do

I wanna find myself by the sea
In anothers company
By the sea
I wanna go out to the pier
I'm gonna dive and have no fear
Cos you, you just know
You just do

Watch things on vcrs
With me and talk about big love
I think we're superstars
You say you think we are the best thing
And you, you just know
You just do

 Kekuatannya sama kayak lagu Nothing Better-nya Postal Service atau Luckiest-nya Ben Folds, rekomen banget deh daripada lo denger Shaden, Dunia belum Berakhir. Gue suka sama sampling-sampling manis mereka dan duet vokal Romy Madley Croft (vocals, lead guitar) dan Oliver Sim (vocals, bass guitar). Dan dengan hebatnya gue baru tahu kalau mereka ga Cuma beduaan, mereka berempat sebelum Baria Qureshi (keyboard and second gitar) cabut di tahun 2009. Jadinya mereka bertiga deh. Dan personil satu lagi, Jamie XX adalah otak dari rangkaian sampler ciamik dan beats super manis yang cocok buat gegalauan. Ga cuma dari musiknya aja, video klipnya juga keren banget. Lo pasti langsung ngkhayal pacaran di atas genteng kan gara-gara liat video ini?

Dia Bukan Anggota The Brandals







Dia bukan anggota The Brandals, tapi dia Berandalan Malam. Luky Annash album, 180derajat. Perfecto! Album ini juara. Gue ga berlebihan, mungkin lebih baik gue kasih paparan terperinci aja yah, daripada dituduh subjektif.

 Dari packaging albumnya, Luki ngajak kita mikir, ini maksud covernya apa? Jungkir balik gini! Dari liriknya dia mau protes tentang realita. Dari sisi lirik, dia ga berusaha rhyming tapi karena pemilihan diksinya yang jenius, dia pintar bawa ironi jadi rangkaian kalimat satir. Banyak yang ironi di negeri ini, memutarbalikan fakta sudah jadi kegemaran, drama pun dinikmati dengan biasa saja.
Lucky merefleksikannya. Aransemen musiknya berani beda, dia tahu banget letak kelebihannya, melodi yang dia kasih nyawa. Bikin setiap lagu seperti bicara suatu misi. Distorsi-distorsi yang tumbuh di setiap lagu sukses bikin nganga, karena liar dan berdiri sendiri. Selamat Lucky Annash, bereproduksilah berkali-kali hingga gusar. Gue yang pertama ngasih doa panjang buat semua proses kreatif ini. Kamu, satu dari seperseribu anak muda yang membuat musik untuk damai. Mendamaikan diri dengan berkarya, bukan berprasangka.

Tentang Love Life Wisdom







LLW Love Life Wisdom atau Lesmana, Likumahuwa, Winarta. Thats amazing jazz album ever. Mengingatkan saya pada sebuah album kuning berdebu, perkawinan antara Jack Lesmana, Bubi Chen, album Jazz Masa Lalu dan Masa Kini, dimana Indra Lesmana hanya menjadi bintang tamu di salah satu lagunya.

 Lagu pertama, Back Into Sumthin, nada propaganda. Indra Lesmana memberikan leading apik, disambut saut-sautan Barry dan Sandi. Jammin yang unik. Ada sentuhan nuansa folk ringan yang menenangkan.

Stretch and Pause, seperti acid jazz yang menyatukan looping cantik dan balutan elektro magis yang pas. Good job for Dana Boogiemen, DJ Cream dan Indra Aziz.

Bila anda pernah datang ke #mostlyjazz-nya Indra Lesmana, you can feel it, this album seems like a gig. Full jammin and improving.

Smooth Over The Rough, melodi yang sangat smooth, dan Indra Lesmana dengan jeniusnya memberi suasana urban edgy yang berani di lagu ini.

Tapi ada satu hal yang kemudian berbeda ini percampuran antara jazz mainstream dengan percikan nuansa kontemporer.

Semangat membara terdengar jelas di beberapa bagian, Sandy Winarta di Friday Call, liar sekali dia, improvisasi pattern melipir kanan kiri. Di lagu ini dia punya dunia sendiri.

The result was sensational. Dira Sugandhi diggin the blue. Whoa, only one word for Love Life Wisdom song, AWESOME! With the phenomenal breakthrough you got suprised song, Love Life Wisdom extended! Haahahaha, masih Dira Sugandi loh.

Yeay, 7 songs from the Love Life Wisdom. Still remaining, enjoy it and dying to a eargasm sensation. Congrats!

Selamanya Indonesia

“kita adalah sayap-sayap sang garuda di atas samudera di langit khatulistiwa semoga namamu sampai ke ujung dunia ceritakan semua indahnya pada mereka”



Tidak banyak musisi yang mengedepankan keistemewaan lirik dalam pembuatan lagu. Beda halnya dengan Twentyfirst Night, mereka tidak hanya memikirkan pemilihan kata dalam lirik namun ada satu pesan yang ingin mereka berikan.

 Tak sekedar kisah cinta berakhir bahagia atau lirik satir bernuansa ambigu. Satu yang menarik, Twentyfirst Night memiliki lebih dari dua kuintal nyali untuk membawa tema Indonesia dalam lagunya, Selamanya Indonesia. Di tengah krisis kepercayaan dan kondisi Indonesia yang entah berantah. Mereka memberikan optimisme, masih banyak kebaikan di Indonesia dan selamanya Indonesia akan tetap penuh cinta. Cinta?

Ada apa dengan sayap garuda dan beberapa kata yang menyiratkan kewajiban kita untuk menjaga Indonesia? Singkat saja, Twentyfirst Night hanya ingin memberikan sikap lugas, Indonesia akan maju bila kita maju bersama. Apatis di saat kritis? Itu pilihan, namun alangkah baiknya bila kaum muda menyatukan tekad untuk memberikan yang terbaik, bukan untuk kepentingan apa-apa, hanya untuk Indonesia. Seperti beberapa pertanyaan retorik yang kerap kali dilontarkan kaum muda.

Mengapa harus cinta Indonesia? Mengapa harus peduli pada Indonesia? Indonesia itu ibarat sahabat yang sebenarnya tak perlu kita beri apa-apa, dia pun tak minta apa-apa. Lalu, apakah disaat seperti ini kita akan diam dan pura-pura tak tahu apa-apa. Lihat saja video klip Twentyfirst Night ini, tak perlu banyak alasan untuk sebuah cinta. Kita menjaganya karena kebutuhan bukan keharusan. Kita dan Indonesia sebenarnya saling mencintai. Tapi seperti diam-diam. Sudah saatnya kaum muda tidak hanya bungkam.

Saya dan Keroncong

Orang muda kadang perlu merasa jumawa. Berbangga hati dari karya bangsa dan peristiwa.         Suatu waktu berjalan-jalan ke pojokan TIM hanya untuk mencari kumpulan buku puisi yang sudah tidak edar. Pojokan itu tidak senyap malah riuh oleh irama yang membuat nyaman.     



Satu musik yang saya gemari. Keroncong. Tertegun dan sekedar bertanya, apakah saya bisa membeli cd-cd yang seperti ini. Seorang bapak yang akhirnya kukenal dengan nama Pak Jose Rizal Manua, bilang, ada beberapa lalu dia menunjukkan tempat dimana cd-cd itu menumpuk rapi. Sudah kukantongi 5 cd, lalu tanpa panjang lebar, segera balik ke kantor untuk segera memutar cd yang baru dibeli.              

Aliran musik ini ternyata tidak sedangkal yang kita pikir, bukan hanya sekedar ukulele sudah pasti keroncong. Ternyata banyak cerita dan liku perjalanan perkembangan musik ini.Terkejut dengan Langgam Telomoyo yang legendaris ternyata berasal dari tahun 1910, ada kejutan lain, keroncong masuk Indonesia dari abad ke- 16 dan bukan musik asli Portugis. Keroncong lahir dan berkembang di Indonesia, memang keroncong terinspirasi dari musik Fado, musik asli Portugis, kesamaan dari alat yang digunakan berbunyi crooong, crooong, crooong. Alat sejenis ukulele.           Namun ada beberapa perbedaan dari Fado dan Keroncong. Ini adalah perbedaan yang mendasar, di dalam keroncong ada alat tiup, flute.Ada banyak jenis keroncong, ada keroncong abadi, ada keroncong stambul, keroncong tugu, sampai suatu ketika saya mencari tahu tentang pola dan sejarahnya, saya berdiam pada suatu titik. Mengapa karya ini begitu mengena dan sampai dengan mudah masuk seperti saat menyesap kopi pertama kali, tanpa sadar saya menitikkan mata, ada satu rindu. Musik yang bagus dengan kekayaan makna.Ada beberapa karya yang dibuat disaat bangsa kita berjuang, kata-kata yang kupikir hanya lirik, kuulangi berkali. Di situ ada sebuah nyata, yang membuat saya mendidih seketika.         

Kita itu tidak pernah dijajah, dalam kurun waktu tiga setengah abad itu kita bertahan dan berjuang. Bangsa kita sangat ramah, tanah kita subur, mereka pun betah. Ada cerita adu domba, dipecah belahlah keyakinan mereka. Perlahan ada sebuah tabir terkuak, suatu saat akan satu tulisan yang khusus untuk membahas itu. Sekarang izinkan saya berdamai sejenak, bermain dengan ayunan suara Tuti Tri Sedya yang merdu rapat-rapat. Sedikit terpejam, saya menggambar halus suasana masa silam. Halaman-halaman sejarah yang tak terpetakan.

sumber foto: urbanoid.net

Friday 20 April 2012

Klab Jazz Serasa di Rumah

Indra Lesmana membuat Jazz Club pertama di Indonesia. Suguhan utamanya adalah penampilan para musisi jazz dilengkapi pula dengan jam session di akhir acara. Ini semacam kelanjutan dari jammin iseng yang biasa dilakukan Indra Lesmana seminggu sekali di Inline Music Studio miliknya.



Hadirlah mostly jazz di sebuah pojok Jalan Kemang, tepatnya di Red White Jazz Lounge. Dengan tata cahaya dan akustik ruangan yang memadai membuat pengunjung ingin berlama-lama menikmati malamnya di sini. Menurut Indra Lesmana, tidak ada istilah main regular di jazz club karena seperti layaknya gedung konser, musisi yang tampil pasti berganti-ganti.



Serunya, sebelum pertunjukkan Indra Lesmana mengadakan kuis berhadiah tiket gratis di akun Twitter-nya. Saya pribadi sangat betah di Red White, betapa tidak, suasana hommy ala rumah tua yang nyaman seakan lebur saat para musisi mengeluarkan aksi-aksinya. Belum lagi Indra Lesmana punya ide gila mengganti-ganti musisi tiap hari secara rutin yang berganti lagi di tiap bulannya. Whoa surga untuk para penikmat musik jazz. Jangan kaget bila tiba-tiba sebelah kita jarak kurang sejengkal bisa begitu dekat dengan musisi idola. Ini suasana saat jam session:










Ingin tahu siapa saja musisi yang akan tampil di bulan ini silakan cek www.rwlounge.com

Bad Review dan Musisi

Ketika sebuah cita-cita menggantung di tepi dan dua langkah pijak lagi tercapai, pekerja seni mengalami satu proses pemantapan, bukan hanya dari pasar yang mengapresiasi namun dari penentu alur pasar, yaitu media. Kerap kali media me-review karya dengan beberapa pandangan yang berbeda tergantung dari rasa dan karakter media tersebut. Dan sebagai sebuah karya yang ingin dikenal, tentunya kita membutuhkan dukungan dari media, namun ada kalanya media memberikan review yang kurang mengenakan, tidak perlu didebat atau dipermasalahkan, sekarang bagaimana caranya kita bertahan dan berbesar hati menerimanya, ini dia pendapat dari kakak kita yang telah malang melintang sekian lama di dunia musik ‘hingar-bingar’, Arian13, vocalis dari band Seringai, pada suatu malam dia menuliskan di linimasanya beberapa hal yang dirangkumnya dalam sebuah bahasan “ How to Survive a Bad Review”.

 Secara menarik dia memaparkan kalau review itu sudah pasti bersifat subyektif, berarti pendapat dari orang yang mereview, bukan mutlak pendapatnya benar. Media yang akan mendukung musisi dalam berkarya tidak hanya media cetak dan elektronik saja, namun media sosial pun patut diperhitungkan, kalau karya kita mendapat #badreview janganlah berkecil hati, its still publicity, daripada kita tidak mendapat penilaian sama sekali dan itu bisa menjadi kritik membangun. Mungkin awalnya akan merasa kecewa dan kecil hati, tapi tidak perlu berlarut-larut, karena ini bukan akhir segalanya. Kebanyakan musisi yang mendapat #badreview akan bereaksi defensif, agak sakit hati dikecilkan dan berpikir “ tahu apa sih si X tentang musik gue?’ Tapi reaksi defensif itu seakan menggambarkan kalau karya kita belum siap di apresiasi dan dinilai, disinilah mental kita dipertanyakan, sudah siapkah dipromosikan atau berhenti saja dipromosikan karena belum siap mental untuk dinilai. Karena sedikitnya dalam sebuah #badreview ada sebuah titik kejujuran, pengecualian untuk review yang menyerang fisik musisi tanpa peduli musiknya. Selain dari musiknya, dalam #badreview biasanya akan mengkritik keseluruhan unsur, cover/artwork, packaging, karena itu satu kesatuan. Cobalah untuk secara obyektif menganalisa #badreview ini, justru ini akan membuat kita berimprovisasi karya di masa depan. Dan ketika kita menerima #badreview, janganlah ditulis di blog ataupun di jejaring sosial lainnya, its uncool. Kumpulkan saja reviewnya kemudian di evaluasi kembali. Bila kita bereaksi berlebihan dan tidak menerima #badreview tersebut, bisa menjadi bulan-bulanan media, konyol dan tidak penting. Itu akan berpengaruh pada penjualan album. Bila reaksi dari #badreview adalah menerima dan tetap cool, itu justru akan menimbulkan simpati dn kesan yang baik. Sebaliknya bila menanggapinya dengan emosional, media akan memberikan cap yang selalu diingat malah akan menyebar ke publik, “ oh itu band yang dulu marah-marah gara-gara #badreview?” Sebenarnya #badreview itu adalah opini bukanlah fakta, bila merasa tidak sesuai tidak perlu terlalu diindahkan, lurus saja dan buktikan dengan karya yang lebih baik.

Tapi ada juga band yang bersikeras bilang, tidak terpengaruh dengan #badreview namun terus mengungkitnya, malah terlihat seperti menyimpan dendam, itu juga uncool. Apalagi bersikap brutal dan balik menyerang, itu sama dengan mematikan karier, belum tentu karya selanjutnya akan ada yang meriview dan mempromosikan. Semisal band kita dibandingkan dengan band lainnya dan kurang tepat perbandingannya, jangan diambil hati, maksudnya adalah feel dari musiknya. Jangan langsung mengejudge si reviewer berwawasan dangkal dan merasa paling ciamik, ajak saja berdiskusi secara sopan, cari kesempatan untuk membahasnya bersama. Kalau mendapat #badreview di sosial media jawab saja sederhana dan rendah hati, “terimakasih sudah mendengarkan album kami.” Kalaupun ingin merespon #badreview secara verbal di media, ada baiknya berkonsultasi dahulu dengan anggota band lainnya dan mengutus seseorang untuk merespon review itu sebelum dirilis. Karena merespon review dengan vulgar bukanlah pilihan, tidak dianjurkan dan akan terkesan norak.

Karya yang keren adalah karya yang siap diinterpretasi dari berbagai sudut pandang, meminjam kata-kata mutiara Denny Sakrie “ Kalau lo bikin musik buat lo sendiri dan ga bisa di apresiasi, apa bedanya lo sama onani.”

sumber foto: womo.com.au

Anak Band Harus Keren


Mimpi jadi anak band yang sukses bukan hal yang mustahil. Gue berkenalan dengan musik dan mempelajari celah apa saja yang memungkinkan. Walaupun faktor hoki akhirnya akan menjadi penentu, lo tetep harus berusaha untuk jadi keren. Karena unsur mutlak untuk menjadi anak band itu adalah, lo harus KEREN! Ini ada beberapa saran ga penting, terserah lo mau terapin atau ngga, yang pasti ini tulisan udah gue renungkan dalam-dalam:

 1. Lo harus punya materi yang bagus, sekalipun lo menamakan genre lo ‘beleketesimamamlupla’, tetaplah harus ada orang yang mengapresiasi karya lo. Seperti Denny Sakrie bilang, kalau lo cuma bikin musik untuk diri lo sendiri. Itu ga beda dengan lo masturbasi. Lo berbuat, lo yang menikmati sendiri.

2. Lo harus tau, lo mau ngapain, mau kemana, mau apa dan kenapa? Itu akan berlanjut pada konsep. Gue adalah musisi yang niat bermusik bukan hanya hobi bermusik.

3. Setelah lo tau jawaban dari semua pertanyaan gue barusan, lo butuh nulis semuanya dan buat strategi yang sesuai dengan pangsa pasar lo. Musisi yang keren, udah pasti tau siapa aja yang bisa nikmatin karyanya. Agar target marketnya tepat lo harus riset.

4. Setelah tau konsep dan genre musik lo. Cari deh siapa aja musisi yang punya genre serupa lalu bandingin apa aja kelebihan satu sama lain lalu ciptain formula.

5. Apa sih formula yang tepat? Musik berkualitas, konsep, strategi dan hal istimewa. Mengapa hal istimewa?

Seidealis-idealisnya lo, pasti butuh uang kan? Nah nilai jual lo adalah keunikan. Lo harus berani menawarkan sesuatu yang beda dibanding dari yang sudah ada. Nanti kita cari tahu, kira-kira apa aja keunikan yang bisa digali untuk menambah nilai jual.

5.1. Alat musik, carilah alat musik yang bisa menimbulkan ambience dan keunikan, macam: glockenspile, accordeon, brass section atau string section.

5.2. Aksi panggung, mungkin bisa membuat koreografi atau aksi panggung debus, apapun itu buat se-catchy mungkin, norak pun ga masalah, selama masih cocok dan ga maksa.

 5.3. Kostum, berani gila atau konsep kostum ciamik. Tergantung cara padu padan disesuaikan dengan genre atau gradasi warna, tema serupa dengan personil lainnya. Hormati panggungmu, di sanalah tempat karyamu akan diapresiasi.

6. Buatlah sistem manajemen sedari dini,  untuk mengantisipasi masalah-masalah yang menyebabkan kericuhan internal, diwajibkan memiliki manajer. Peran manajer sangat penting, selain mengatur jadwal, manager pun diharapkan mampu menjadi penengah di saat beda pendapat antar personil. Belum lagi manager harus bisa menjadi ujung tombak kemajuan band. Mengurus masalah keuangan sekaligus menjadi PR dari band tersebut.

7. Tidak semua personil band bisa bersikap ramah dan mudah bergaul, namun dari awal harus sudah ditekankan, setiap personil mempunyai tanggung jawab untuk menjadi PR dari bandnya. Selain untuk rasa memiliki, ini terkait juga dengan memperluas jaringan. Karena jaringan ini bisa membuat band terus hidup. Baik itu bertahan di komunitas maupun mengejar jam terbang. 8. Konsisten, bilamana uang sudah di dapat dan ketenaran hampir di depan mata. Tetaplah konsisten untuk menciptakan karya berkualitas. Pasar yang ada untuk kita bukan kita mengikuti selera pasar. Yakinlah musik yang bagus akan bertahan lebih lama daripada pasar yang beragam selera. Semoga tulisan di atas bisa bermanfaat. Tetap semangat walaupun seringkali kita jatuh, terjungkal dan terpuruk. Kalau bukan kita yang peduli musik Indonesia. Siapa lagi?


sumber foto: bukalapak.com

Fans Adalah Friends

“Gila gue suka band ini, lagunya enak, performnya keren.”



     Setelah statement itu keluar kemudian ada keinginan untuk mengetahui band itu lebih dalam, mencari tahu kapan mereka manggung dan tanpa sadar mempromosikan kalau band itu keren. Itu sudah termasuk dalam gejala-gejala seseorang telah menjadi fans sebuah band.

    Lalu bagaimana seharusnya sebuah band tanggap dalam menanggapi hal ini. Karena dalam beberapa hal fans itu bisa menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah band. Dalam kondisi musik Indonesia yang tidak bisa diharapkan lagi pada penjualan fisik, fans mempunyai pengaruh penting untuk eksistensi band. Malah band yang mempunyai motivasi berkarya untuk diapresiasi, sudah tentu sangat memerlukan fans yang loyal.

     Fans tidak akan muncul tanpa adanya karya berkualitas dari band. Begitu pula band tidak akan bertahan lama bila tidak mempunyai fans yang berkualitas. Keduanya akan bersinergi dan pada akhirnya fans tidak akan ada, tergantikan dengan istilah friends, jarak antara band dan fans menjadi lebur. Semuanya teman. Strategi untuk sebuah band baru agar bisa mendapatkan fans yang friend-able:
  • Mempunyai karya yang berkualitas dan manager keren
  • Manager keren bertugas untuk me-maintenance fans dan menyiapkan sejak awal piranti-piranti media sosial sebagai kanal bertemunya para fans 
  • Mempunyai karakter kuat dalam pemilihan kostum dan konsep panggung
  • Kanal media sosial yang dimiliki oleh band dibuat seinteraktif mungkin dan mobile friendly
  • Membuat kegiatan rutin seperti arisan atau nge-jam bareng, band Mocca punya kegiatan regular untuk fansnya, Swinging Friends. Acara tersebut didekasikan internal untuk Mocca dan fans, namanya Secret Show. Sebuah perform sederhana namun rahasia dan intim
  • Jika dalam beberapa waktu sudah ditemukan sekiranya satu atau dua orang yang konsisten ada setiap kali band manggung dan orang tersebut dirasa berkompeten untuk gabung dengan manajemen band. Pinanglah ia menjadi coordinator fans. Itu sebagai motivasi baginya, diberi kepercayaan lebih.
  • Bila band sudah menghasilkan pemasukan dari manggung atau merchandise, bisa disisihkan untuk membayar coordinator fans sekalian mengelola kanal media sosial serta membuat event-event kecil-kecilan untuk para fans. 
  • Berikan keistimewaan (privileges) khusus untuk fans, semacam memberikan info jadwal manggung pertama kali pada mereka, untuk event besar memesankan tiket presale bagi yang berminat, bila perlu adakan muktamar fans setahun sekali untuk menampung ide-ide brilian mereka. 
  • Sewa atau tetapkan satu tempat sebagai basecamp dimana fans dan band bisa berbaur di situ seperti teman biasa. Semuanya akan melalui sebuah proses penyesuaian, jangan segan-segan untuk berdiskusi dengan band yang lebih berpengalaman. 
Fans adalah friends, jarak hanya ada di atas panggung bukan di bawah panggung. Tanpa mereka band tidak berarti apa-apa. Penyelenggara event pun pada akhirnya akan mengundang band yang mempunyai fans banyak sebagai pengisi acaranya. Keberadaan fans pun akan berpengaruh pada penjualan fisik.Tidak percaya? Silakan coba.

Di Antara Payung Teduh


   Awal mengenal Payung Teduh bukan dari album Dunia Batas, namun dari sebuah video klip apik bernuansa pasar di pagi hari, berjudul “Tidurlah”. 



    Penasaran dengan aksi panggungnya saya mencari beberapa video penampilan mereka di Youtube. Hati kecil bilang, mereka seperti sekumpulan musisi yang memusikalisasi puisi, lirik sahaja dengan balutan musik improvisasi sana sini. Usut punya usut ternyata mereka adalah sekumpulan anak teater Pagupon UI (Universitas Indonesia) yang pastinya tidak asing dengan berbagai karya sastra ataupun literatur. Terbukti dari pemilihan diksi indah pada lirik-liriknya Payung Teduh.

   Suatu malam, pacar saya memberi kejutan dengan membelikan album Dunia Batas. Didengarkan berkali-kali, ada beberapa perbedaan signifikan dengan album EP-nya yang terdiri dari 4 lagu, Angin Pujaan Hujan, Cerita Tentang Gunung dan Laut, Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan dan Tidurlah. Dari sisi musikalitas tidak berubah warna, Payung Teduh memiliki hal yang tidak dimiliki SORE, begitupun sebaliknya, walaupun ada nyawa Ramondo Gascaro yang cukup kental di beberapa lagu. Konon katanya lagu Menuju Senja merupakan jawaban dari lagu Setengah Lima-nya Sore. Dari sisi kualitas rekaman, album Dunia Batas lebih tertata dan matang dibanding EP mereka.


Bila ditilik satu persatu, lagu-lagu dalam Dunia Batas masuk sebagai musik awan, ramuan dari banyak komposisi, bermain imaji namun ringan menyenangkan.

Lagu pertama pada album Dunia Batas ini dibuka oleh duet petikan gitar dan contra bass. Tidak lama kemudian Is dengan merdunya menyanyikan lagu Berdua saja:

Ada yang tak sempat gambarkan oleh kata ketika kita berdua
Hanya aku yang bisa bertanya mungkinkah kau tahu jawabnya
Malam jadi saksinya, kita berdua di antara kata yang tak terucap  
Berharap waktu membawa keberanian untuk datang membawa jawaban

Bagian pertama di lagu ini disisipi trumpet dan biola bernuansa sendu. Harmonisasi antar instumen dengan sukses mengantar kita menuju satu imaji, kembali pada suasana Jakarta tempo dulu.
Berlanjut pada lagu Menuju Senja yang terasa sangat SORE sekali. Suara falsetto Is terasa sedap, memberikan nyawa pada lagu. Ada gigitan aransemen yang menurut saya berbeda dengan SORE walaupun diracik oleh tangan yang sama.
Tiap mendengar lagu Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan, rasanya saya menjadi perempuan yang sedang cantik-cantiknya. Dipeluk oleh kata-kata lugas yang dikemas tanpa ada maksud merayu. Ada hal yang membuat lagu ini tidak bosan didengarkan berulangkali, melodi-melodi sebelum masuk ke reffrain kedua yang mengingatkan saya pada melodi lagu-lagu hits tahun 90-an. Dan yang teristimewa adalah nada biola dan irama piano saling bersahutan melengkapi.
Rahasia adalah lagu yang paling saya suka liriknya, entahlah suka lirik atau orang pembuat lirik ini. Karena lirik buatan Catur Ari Wibowo bagus sekali, dari segi penyampaian ataupun pemilihan kata yang bisa semenarik ini tanpa dibubuhi majas berlebih. Sisi musikalitas yang apik terdengar dari instrumen berlapis, piano dan organ membuat lagu ini terdengar renyah namun mewah.
Ahai, lagu kelima cocok sekali didengarkan sambil menikmati teh atau mengobrol riang. Lagu riang yang sebenarnya bermaksud kecewa atas sebuah penantian. Maaf kata, guitaleles yang ada di lagu beransemen unik ini mengacaukan misi lagu sedih, lebih seperti irama Stambul chacha. Ataukah Payung Teduh ingin kita bercampur-campur rasa saat mendengar lagu Angin Pujaan Hujan?
Di Ujung Malam merupakan lagu yang panjang bagi saya. Seperti dilempar ke sebuah tempat yang jauh sekali dan merasa benar-benar rindu. Seakan terlibat perasaan dengan lagu ini. Suara accordion mendayu yang dimainkan oleh Riza Arshad layak dijadikan alasan untuk memutar kembali lagu ini saat merasa sepi.
Ya sepertinya Payung Teduh kembali bercerita tentang sebuah penantian. Seorang musisi memang harus selalu Resah untuk terus berkarya dan musik yang indah biasanya lahir dari sebuah keresahan. Guitaleles yang dimainkan lamat-lamat menjadi kekuatan tersendiri di lagu ini.
Berakhir di lagu Biarkan, lagi-lagi guitaleles menjadi tokoh utama. Nuansa keroncong Telomoyo hadir memikat bersanding dengan flute dan suara sayup-sayup Mian Meuthia. Lagu dengan aransemen yang paling saya suka di album ini.

Saya tidak puas dengan album Dunia Batas. Ya, karena saya tidak mau Payung Teduh berhenti di album ini. Saya cukup penasaran dengan karya mereka selanjutnya.



Salam rindu dan penantian dari fans barumu
@badutromantis



Sumber video: Youtube.com by Waterpig
Sumber foto  : @itsFrankfurt



Monday 16 April 2012

Spasiba, Capt!


Apa yang terpikir olehmu saat melihat aksi Zeke Khaseli? 

     Bukan sekali saya menonton aksi gila Zeke Khaseli dan merasakan sensasi serupa memakan buah naga, segar dan menyehatkan. 

    Maka datanglah saya ke Fell In Love With The Wrong Planet, 2nd Album Concert & Mini Exhibition Zeke Khaseli. Saya dengan antusias pergi ke Goethe Institute dan mendapati orang-orang berekspresi sama… tidak sabar menunggu kejutan yang diberikan Zeke Khaseli pada kita.

    Ruangan Goethe cukup mumpuni untuk sekitar 150 orang, namun banyak yang tidak mendapatkan kursi. Pukul 8.30, sesi pertama diawali oleh David Tarigan yang membacakan peraturan konser dengan peniruan bahasa tubuh oleh wanita berkepala kuda. Permulaan bagus karena membuat Goethe lumayan riuh dengan aksi mereka berdua yang kocak. Pertunjukkan terbagi menjadi dua sesi. Di sesi pertama Zeke membawakan beberapa lagu dari album pertamanya, Salacca Zalacca



       Dan konser pertama berlangsung meriah dengan gaya ekletik khas Zeke Khaseli, disertai penampilan musisi-musisi yang berdandan seru, Acum ‘Bangkutaman’ (sebagai Kimcil Witch), Angga ‘indobeatbox’ (berkostum pertambangan),

       Anggun Priambodo (Manusia berbaling-baling kipas angin), 
Akbar ‘Efek Rumah Kaca’ (ultraman), Arie Gusti 'LAIN', Bin Harlan (berperan ganda: pijamas man dan bersorban berdandan ala FPI), Cholil Mahmud ‘Efek Rumah Kaca’(buah strawberry), Elang ‘Polyester Embassy’ (pria new wave gaul), Emil 'Naif' (buah nanas), Evan Storn (the shit head), DJ Heru ‘Quirk It’, Leonardo Ringo, Purusha Irma 'L'Alphalpha' (wanita biola berambut biru), Vina 'Fever to Tell' (wanita riang dari negeri dongeng), Yacko, Jon ‘White Shoes and The Couple Company’, Omo ‘The kucruts’, Bram "The Experience Brothers" dan Zico. 

 

     Sebelum berlanjut ke sesi kedua. Penonton diberi jeda 30 menit untuk beristirahat dan menikmati mini exhibition, yang…. hmmmm dipersiapkan dengan tidak main-main. Entahlah, saya bisa begitu betah memandangi karya-karya pameran satu persatu dan dibawa dalam dunia Zeke Khaseli yang bercampur baur tanpa batas ruang dan waktu. Beberapa karya dipamerkan di lorong Goethe Institute. "Jerapah bertuliskan gajah" adalah favorit saya.


     Sesi kedua, semakin banyak penonton yang tidak kebagian tempat duduk. Penonton yang membeli presale didahulukan dan diberi tempat istimewa karena mereka akan terlibat langsung dalam pembuatan film dokumenter berjudul "Panspermia" yang disutradarai Amir Pohan (pemain drum Zeke and The Popo). Terus terang bagian paling keren selain dari munculnya tokoh-tokoh khayalan yang fantastis adalah bunyi theremin, dimainkan langsung oleh pembuatnya, Evan Storn. Sesi kedua ini memadukan unsur alam yang kental sekali terlihat dari dekorasi dan lirik-lirik lagu dari album kedua Zeke. Saya seolah diculik pergi ke sebuah tempat antah berantah dan dilenyapkan semua ingatannya. Konser yang intim dengan selipan candaan Zeke. Menyenangkan sekali.


      Kejutan belum berakhir sampai di sini. Zeke memanggil Leonardo, Amir Pohan, Iman Fattah (namun Iman tak kunjung datang) dan Yudi , yeay, reuni Zeke and The Popo, membawakan dua lagu mereka, Profesor Komodo dan Mighty Love. Bernostalgia ke tahun 2008, dimana Zeke and The Popo pernah membuat konser juga di Goethe, bertajuk "Space In The Headlines".


    Zeke di konser ini menyerukan pemikiran-pemikiran keren tentang pentingnya sebuah komunitas. Spirit yang diusungnya menghidupkan suasana hingga akhir acara. Zeke memanggil satu persatu pendukung acara di lagu Pig Paranoia. Balon-balon berjatuhan tanda konser berakhir. Konser yang meninggalkan kesan dalam bagi saya, rasa puas dan semangat untuk terus menggiatkan komunitas. Percaya akan kekuatan musik yang bisa menjadi bahasa segala rasa. Terimakasih Zeke Khaseli. Spasiba, Capt!



Torehan kecil:
Dua lagu yang paling saya suka di album ini: Jules et Jim dan Rolling Like a Stupid Stone. Teman yang tidak sempat hadir bisa membeli albumnya beserta tote bag ber-artwork ciamik, dengan 8 pilihan karya. Liriklah juga zekekhaseli.com untuk dengar betapa kecenya album Fell In Love With The Wrong Planet.



Hi Coachella!


Tiga hari ini timeline dipenuhi oleh hastag #CoachellaLive, kebanyakan diposting oleh para musisi dan penyuka musik. Event ini memang gila, 3 hari berturut-turut, tanggal 13-15 April 2012. Semua penyuka musik menyudut di sebuah daerah di California, Empire Polo Field in Indio.
Berangkat dari ide ingin membuat konser seperti Woodstock, seru, ada camp site, band bagus dari berbagai negara dan konsep band reuni, dibuatlah Coechella Valley Music and Art Festival di tahun 1999, dengan line up yang happening di eranya Beck, The Chemical Brothers, Tool, Morrissey, Rage Against the Machine, Jurassic 5, DJ Shadow,  Underworld dan beberapa band lainnya. Di waktu itu mereka hanya berlangsung selama 2 hari, karena di hari ke 3 mengalami banyak sekali kendala teknis, walaupun mereka sudah mempersiapkan Massive Attack sebagai band penutup.

Selama 9 tahun mereka konsisten memberikan sajian musik dan festival seni. Dan di tahun 2011, mereka sempat membuat trending topic di sosial media dunia dengan kata kunci #coachella, #onelifetolive, dan #CoachellaLive. Artis yang menjadi line up di tahun kemarin adalah Arcade Fire, Kanye West, the Strokes, Animal Collective, PJ Harvey, the National, Bright Eyes, Robyn, Ariel Pink, Interpol, Cut Copy, Crystal Castles, Lauryn Hill, Sleigh Bells, Cee-Lo, Lightning Bolt, the reunited Big Audio Dynamite and Suede, Duran Duran, Erykah Badu, the Black Keys, Titus Andronicus, Best Coast, the Kills, the New Pornographers, Lil B, HEALTH, OFF!, Odd Future, dan the Chemical Brothers. Ditambah penampilan kejutan dari Death from Above 1979 reunited. Dan line up untuk tahun ini bisa dilihat di poster ini.

Untuk yang ketinggalan live streaming Coachella, masih bisa menyaksikan pemutaran ulangnya, tanggal 20, 21 dan 22 April 2012.

California memang sinting, banyak pecinta musik dari berbagai belahan dunia ingin mengumpulkan uangnya untuk menggila disana, dan bila anda tidak sempat datang ke Coachella Valley Music and Art Festival, ada kesempatan untuk datang ke satu perhelatan musik lainnya, masih di California juga, tidak kalah super, Outside Lands festival, yang tahun lalu menghadirkan line up artis  Girl Talk, MGMT, the Black Keys,Muse, the Decemberists, Erykah Badu, Arctic Monkeys, Beirut, the Roots, Big Boi, Major Lazer, Best Coast, Toro Y Moi, !!!, the Fresh & Onlys, Mavis Staples, Wye Oak, Ty Segall, Little Dragon, Junip, Tamaryn, Vetiver, the Joy Formidable, Big Audio Dynamite, Lord Huron, John Fogerty, and the Vaccines.

Mari kita yang di Indonesia garuk-garuk kepala.