Saturday, 9 February 2013

Saat Musisi Menjadi Media

Di era digital ini, semua orang bisa menjadi publisher atau mungkin juga dianggap sebagai media bagi orang lain. Situasi seperti ini bisa menjadi angin segar bagi para musisi yang tidak bisa lagi mempertaruhkan nasib pada industri musik.

Musisi yang sudah memiliki penggemar loyal bisa mempengaruhi mereka dengan hanya satu posting tweet ataupun sebuah update status fanpages. Ya kini jarak bisa dibilang sudah luluh lantak oleh kemampuan teknologi. Apalagi untuk penggemar yang loyal, berapresiasi tinggi dan mempunyai kemampuan komunikasi, sudah tentu bisa menjadi teman baik bagi musisi idolanya.

Saat pertama kali memiliki akun di salah satu media sosial, tentunya langkah pertama adalah mulai menyapa. Sekedar basa-basi atau melaporkan beragam situasi.

Beberapa hal yang sering terlupakan oleh musisi. Pengelolaan media sosial yang optimal bisa menghasilkan efek bagus bagi eksistensi. Lebih kerennya lagi pengelolaan yang jauh lebih serius bisa menumbuhkan rasa percaya penggemar tidak hanya sekedar sebagai penikmat karya tapi menjadikan musisi idolanya "Media". Entah itu media tempat mendapatkan berbagai informasi mengenai hal yang ingin diketahui, media terpercaya untuk turut bertukar pikiran di media sosial atau lebih hebatnya lagi mempengaruhi beberapa pemikiran penggemar yang dibentuk dari konten-konten sederhana yang dilempar secara konsisten.

Setelah musisi menjadi media, tentunya konten yang disajikan di official account bukan hanya konten iseng belaka. Perlu pula ada selipan self branding di dalamnya.

Musisi harus paham betul, seperti apakah ia ingin dilihat oleh penggemarnya, karakter seperti apa yang ingin dibentuk. Serius tapi santai, ramah, kece gila, sotoy, cool atau image lainnya yang ingin ditampilkan.

Pengelolaan media sosial dimulai saat official account dibuat. Akan ada interaksi yang timbul saat pertama kali menyapa atau membuka topik. Berbagai interaksi akan muncul, dari yang sederhana dan mudah dijawab sampai dengan tanggapan di luar konteks ataupun menghujat. Di sinilah kemampuan komunikasi musisi diuji, pendekatan personal diperlukan namun ada beberapa musisi yang memilih untuk tidak meresponnya. Nah, justru dengan media sosiallah kita bisa mengukur sentimen-sentimen yang ada di sekitar. Semakin baik cara kita berinteraksi dan merespon komentar buruk, semakin banyak hal yang bisa digali di sini. Anggap saja hal seperti itu sebagai kritik yang membangun.

Untuk perihal konten, musisi yang ingin mengelola media sosial dengan baik pasti akan menjadikannya sebagai hal utama.

Ada 10 hal yang membuat konten itu menjadi menarik dan penggemar akan tertarik untuk berinteraksi:

- Transparent: bilamana konten merupakan hasil saduran dari sebuah/beberapa sumber, semestinyalah sumber tersebut dicantumkan

- Authentic: konten unik, diselingi dengan gimmick-gimmick yang menarik, misalkan mengunggah video-video lucu kreatif

- Genuine: Asli, tidak dibuat-buat, tidak perlu membuat pencitraan

- Sincere: Jujur dan tulus. Konten yang disajikan tidak memuat kepentingan-kepentingan pihak tertentu.

- Storytelling: Kemampuan bercerita dan memilih kata-kata menjadi kekuatan untuk membuat konten keren

- Persuasive: Ajakan-ajakan atau semangat positif yang ingin ditularkan dikemas dengan baik

- Ethics: Ada beberapa hal dasar yang harus diingat dalam menyusun konten, no SARA, no judgemental statement.

- Writing Technique: kalimat-kalimat yang disusun usahakan selalu jelas agar tidak menjadi ambigu dan salah persepsi, penyingkatan kata yang tidak lazim sebaiknya tidak dilakukan

- Analyze Existing Media: gunakan social media monitoring tools untuk tahu sejauh mana efektivitas konten dan self branding yang sudah dilakukan. Banyak free tools yang bisa diandalkan untuk mengetahui pertambahan followers, seberapa besar interaksi dan pengaruh konten untuk followers. Tapi  percayalah pada satu hal, jumlah followers tidak berpengaruh pada penyebaran konten tersebut, semuanya didasari oleh kredibilitas dan seberapa besar interaksi yang dihasilkan.

- Terakhir, Integrate Strategy: Strategi selanjutnya bila akun sudah dikelola dengan baik, saatnya untuk mengintegrasikan kekuatan akunmu di dunia nyata. Kopi darat bisa sesekali diadakan untuk lebih mengoptimalkan diri.

Susah-susah gampang yah, tapi seru kok. Banyak dinamika yang akan terjadi saat mulai serius mengelola. Social media are most effective when you listen to the conversation and participate appropriarely. 



Referensi:
- Social Media Bible by Lon Safko
- Brand Gardener by Handoko H.


















No comments:

Post a Comment