Konser Sahabat Lokananta di Solo sudah genap satu tahun yang
lalu. Namun apakah ada perubahan berarti di Lokananta studio sendiri?
Jujur saya belum sempat ke Solo lagi untuk sekedar menjenguk
atau bercengkerama. Permalahan ada di manajemen sehari-hari saya yang
berantakan membagi waktu kuliah dan waktu kerja, belum lagi saya baru
menelurkan sebuah web blog travelling. Makin jauhlah cita-cita saya untuk rutin
ke Solo.
Setahun yang lalu persiapan saya hanyalah satu bulan saja
dalam membuat Sahabat Lokananta, disambut dengan antusiasme besar oleh para
penggiat musik. Namun satu hal yang seringkali saya temui sekarang, komentar
tentang gerakan yang saya inisiasi tidak berujung pada sebuah hal yang
berkelanjutan.
Awal saya berdua dengan Wendi Putranto membuat Sahabat
Lokananta memang untuk mempublikasikan keberadaan studio tersebut dan tak ada
niat untuk aksi yang lebih lanjut, karena kita berpendapat ada yang lebih
kompeten untuk turun tangan, kita hanya penghubung dan pemantik agar orang
lebih peduli terhadap tempat ini.
Berlanjut dengan pertemuan tiga teman lainnya, Alain
Goenawan, Sarah dan Ajeng, jadilah beberapa acara dan gerakan Sahabat
Lokananta. Gaungnya terdengar hingga ke beberapa pulau besar lain di Indonesia.
Saya merasa hal paling mendasar dari permasalahan Lokananta
adalah kesadaran akan pentingnya arsip dan dokumentasi. Melalui crowdfunding saya
dan teman-teman Sahabat Lokananta membuat diskusi dan menjual kaos berdesain
studio Lokananta lalu hasil penjualan dibelikan AC.
Beberapa hari yang lalu Pak Andi menghadiri Music Fair di
UI, dengan wajah berseri-seri beliau mengabarkan hal gembira, di depan saya,
Mondo dan Sarah Glandosch yang kebetulan jadi pembicara juga di acara.
Beberapa bulan yang lalu pak Dahlan Iskan berkunjung untuk
melihat keadaan Lokananta. Beliau menyuruh
ada band untuk latihan dan melihat kualitas alat band Lokananta lumayan
menyedihkan. Secepatnya beliau ingin membuat pembaharuan di studio dan
tempat recordingnya dengan alat-alat yang layak. Ada kucuran dana dari pusat
dengan jumlah yang fantastis untuk balariung, pusat seni budaya, museum dan
percetakan. Rencana pembangunan hotel dan mall yang dikhawatirkan akan
menggusur Lokananta ternyata tidak akan terjadi.
Pemerintah akhirnya melihat
Lokananta sebagai aset musik Indonesia dan juga akan meniadakan tempat futsal
yang ada di sana. Pak Dahlan Iskan datang setelah ada AC dan cover vinyl.
Pak Andi berterimakasih pada Sahabat Lokananta dan Gerakan Malang Bernyanyi.
Ternyata apa yang kami lakukan tidak sia-sia. Semuanya harus dilakukan dengan
cepat agar pemerintah janji pemerintah bukan hanya jadi isapan jempol belaka.
Pak Andi meminta tolong agar Glenn Fredly,
Sarah Glandosch, Wendi Putranto, Alain Goenawan dan Sahabat Lokananta membantu membuatkan strategi. Jangan
sampai momentum ini hilang. Kemenparekraf juga akan bekerjasama dengan kita
untuk membuat souvenir dari Lokananta.
Tidak akan ada kesia-siaan
untuk sebuah semangat musik berbentuk solidaritas bersama. Semoga kita sampai
pada akhir di misi ini sebagai Sahabat Lokananta.
No comments:
Post a Comment