Awal mengenal Payung Teduh bukan dari album Dunia Batas,
namun dari sebuah video klip apik bernuansa pasar di pagi hari, berjudul
“Tidurlah”.
Penasaran dengan aksi panggungnya saya mencari beberapa video
penampilan mereka di Youtube. Hati kecil bilang, mereka seperti sekumpulan
musisi yang memusikalisasi puisi, lirik sahaja dengan balutan musik improvisasi
sana sini. Usut punya usut ternyata mereka adalah sekumpulan anak
teater Pagupon UI (Universitas Indonesia) yang pastinya tidak asing dengan
berbagai karya sastra ataupun literatur. Terbukti dari pemilihan diksi indah
pada lirik-liriknya Payung Teduh.
Suatu malam, pacar saya memberi kejutan dengan membelikan
album Dunia Batas. Didengarkan berkali-kali, ada beberapa perbedaan signifikan
dengan album EP-nya yang terdiri dari 4 lagu, Angin Pujaan Hujan, Cerita
Tentang Gunung dan Laut, Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan dan Tidurlah.
Dari sisi musikalitas tidak berubah warna, Payung Teduh memiliki hal yang tidak
dimiliki SORE, begitupun sebaliknya, walaupun ada nyawa Ramondo Gascaro
yang
cukup kental di beberapa lagu. Konon katanya lagu Menuju Senja merupakan
jawaban dari lagu Setengah Lima-nya Sore. Dari sisi kualitas rekaman, album
Dunia Batas lebih tertata dan matang dibanding EP mereka.
Bila ditilik satu persatu, lagu-lagu dalam Dunia Batas masuk
sebagai musik awan, ramuan dari banyak komposisi, bermain imaji namun ringan
menyenangkan.
Lagu pertama pada album Dunia Batas ini dibuka oleh duet
petikan gitar dan contra bass. Tidak lama kemudian Is dengan merdunya menyanyikan
lagu Berdua saja:
Ada yang tak sempat gambarkan oleh kata ketika kita berdua
Hanya aku yang bisa bertanya mungkinkah kau tahu jawabnya
Malam jadi saksinya, kita berdua di antara
kata yang tak terucap
Berharap waktu membawa keberanian untuk datang membawa jawaban
Bagian pertama di lagu ini disisipi trumpet dan biola bernuansa
sendu. Harmonisasi antar instumen dengan sukses mengantar kita menuju satu
imaji, kembali pada suasana Jakarta tempo dulu.
Berlanjut pada lagu Menuju
Senja yang terasa sangat SORE sekali. Suara falsetto Is terasa sedap, memberikan nyawa pada lagu. Ada gigitan aransemen
yang menurut saya berbeda dengan SORE walaupun diracik oleh tangan yang sama.
Tiap mendengar lagu Untuk
Perempuan yang Sedang di Pelukan, rasanya saya menjadi perempuan yang
sedang cantik-cantiknya. Dipeluk oleh kata-kata lugas yang dikemas tanpa ada
maksud merayu. Ada hal yang membuat lagu ini tidak bosan didengarkan berulangkali,
melodi-melodi sebelum masuk ke reffrain
kedua yang mengingatkan saya pada melodi lagu-lagu hits tahun 90-an. Dan yang teristimewa
adalah nada biola dan irama piano saling bersahutan melengkapi.
Rahasia adalah
lagu yang paling saya suka liriknya, entahlah suka lirik atau orang pembuat
lirik ini. Karena lirik buatan Catur Ari Wibowo bagus sekali, dari segi
penyampaian ataupun pemilihan kata yang bisa semenarik ini tanpa dibubuhi majas
berlebih. Sisi musikalitas yang apik terdengar dari instrumen berlapis, piano
dan organ membuat lagu ini terdengar renyah namun mewah.
Ahai, lagu kelima cocok sekali didengarkan sambil menikmati teh
atau mengobrol riang. Lagu riang yang sebenarnya bermaksud kecewa atas sebuah
penantian. Maaf kata, guitaleles yang ada di lagu beransemen unik ini
mengacaukan misi lagu sedih, lebih seperti irama Stambul chacha. Ataukah Payung
Teduh ingin kita bercampur-campur rasa saat mendengar lagu Angin Pujaan Hujan?
Di Ujung Malam
merupakan lagu yang panjang bagi saya. Seperti dilempar ke sebuah tempat yang
jauh sekali dan merasa benar-benar rindu. Seakan terlibat perasaan dengan lagu
ini. Suara accordion mendayu yang
dimainkan oleh Riza Arshad layak dijadikan alasan untuk memutar kembali lagu
ini saat merasa sepi.
Ya sepertinya Payung Teduh kembali bercerita tentang sebuah
penantian. Seorang musisi memang harus selalu Resah untuk terus berkarya dan musik yang indah biasanya lahir dari
sebuah keresahan. Guitaleles yang dimainkan lamat-lamat menjadi kekuatan
tersendiri di lagu ini.
Berakhir di lagu Biarkan,
lagi-lagi guitaleles menjadi tokoh utama. Nuansa keroncong Telomoyo hadir memikat
bersanding dengan flute dan suara sayup-sayup Mian Meuthia. Lagu dengan
aransemen yang paling saya suka di album ini.
Saya tidak puas dengan album Dunia Batas. Ya, karena saya
tidak mau Payung Teduh berhenti di album ini. Saya cukup penasaran dengan karya
mereka selanjutnya.
Salam rindu dan penantian dari fans barumu
@badutromantis
Sumber video: Youtube.com by Waterpig
Sumber foto : @itsFrankfurt
suka banget dengan kata2 yang ini "seperti dilempar ke sebuah tempat yang jauh sekali dan merasa benar-benar rindu."
ReplyDeleteakhirnya nemu kalimat yang cukup pas buat menggambarkan perasaan pas dengerin lagunya payung teduh. thanks.
itu yang belakangnya cd nya payung teduh CD apa ? yang warna pink
ReplyDelete