Wednesday 7 August 2013

Saat Pertama Bertemu Sujud Kendang


Saya berada di sebuah rumah petak yang tidak begitu nyaman namun entah kenapa betah sekali rasanya di sini. Berbagai plakat menggantung di rumahnya. Buklet-buklet berisi klipingan perjalanan musikal berceceran di lantai. Mata saya tak jua luput dari mata pria itu, ia menjelaskan banyak hal yang tak cukup diungkap dengan kata. Gestur tubuhnya dan pemilihan kata yang mencerminkan sopan santun. Sekalinya saya bertemu dengan pria tua ini, saya langsung mengaguminya.

Sujud Kendang, begitu ia biasa dikenal di daerah asalnya, Jogjakarta. Diusianya yang lebih dari setengah abad ini, pak Sujud kerapkali ditemui di jalan-jalan seputaran Jogja, bersama kendangnya dan selalu dikelilingi anak-anak.

Jangankan anak-anak, saya yang sudah dewasa pun merasa terhibur dengan nyanyian-nyanyian yang beliau bawakan. Lagu-lagu populer dipelintirnya menjadi parodi. Mimiknya yang jenaka mengingatkan saya pada tokoh lawak Srimulat.

Setiap pentas yang mengundang beliau dapat dipastikan menjadi hidup oleh gelak tawa. Pak Sujud sempat bercerita tentang lagu-lagunya yang diperbanyak di Australia dan dia tidak mendapatkan royalti sedikit pun. Seorang asing jahil merekam dan memperbanyak karya pak Sujud saat ia mengisi sebuah perhelatan besar musik multinasional. Kasusnya sempat naik ke media, namun pak Sujud yang rendah hati hanya bisa tersenyum dan mendoakan hal-hal baik pada mereka yang tidak adil padanya.

Sosok sederhana ini sampai sekarang masih menebar kebaikan melalui musik parodinya. Sujud Kendang, seorang legendaris yang masih hidup dan berkarya. Berkontribusi secara aktif tanpa lelah di usianya yang senja ini. Satu hal yang membuat saya terharu, beliau divonis sakit katarak namun masih tetap keliling dengan lawakannya yang menghibur. Tempo hari teman-teman terdekatnya mengumpulkan dana untuk operasi, kini pak Sujud sudah bisa melihat lagi walau cuma satu mata saja.

Ini baru kisah dari Jogjakarta, masih banyak lagi kisah musik yang inspiratif dari berbagai daerah di Indonesia. Kenyataan yang miris bagaimana kesejahteraan musisi seringkali dianggap hal sepele orang pemerintah.





sumber video: @fotodeka

Sindikat Musik Penghuni Bumi

Belum beberapa lama ini saya mengikuti sebuah akun yang cukup menarik di Twitter, ia menamakan dirinya Sindikat Musik Penghuni Bumi (@simponii). Saya memperhatikan apa saja yang mereka lakukan. Ternyata hal-hal tersebut menarik saya untuk mencari tahu lebih banyak tentang mereka dan tibalah saatnya saya mengajak mereka berbincang di #bincangminggu.

Awalnya saya hanya tahu mereka adalah band yang keliling-keliling SMP dari tahun 2010 untuk seminar bertemakan Kekerasan Terhadap Perempuan. Menciptakan lagu-lagu dan membuat video klip yang mengangkat isu tersebut lalu membuat diskusi ringan dengan para anak SMP.



Saat saya mengupas segala macam kegiatan mereka. Barulah saya tau mereka adalah sekelompok anak muda yang luar biasa, tidak hanya bergerak pada satu isu, beberapa isu lain pun mereka garap. Lebih tepatnya isu-isu sosial yang sekarang sedang naik daun.

Tidak hanya sendiri, berbagai lembaga yang kompeten dibidangnya diajak kolaborasi. Hingga kini sudah beberapa isu sosial diangkat, antara lain:

-         Isu Global Warming, membuat Rock N’ Green Tour 82 sekolah 82 hari,
-        Isu Anti Korupsi, gegara korupsi lingkungan hidup rusak, tingkat pendidikan buruk, tingkat kesehatan menyedihkan
-          Isu Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan, mereka membuat lagu dan video berjudul “Sister In Danger” dan roadshow ke 11 kota. Mereka mengajak pelajar laki-laki menghormati perempuan dalam tindakan dan ucapan. Lalu mengajak pelajar perempuan berani menolak dan melapor.

Mereka bergerak sendiri dengan bantuan crowdfunding beberapa lembaga yang berkompeten ((ICW dan Komnas Perempuan) dan berjualan merchandise.

Entah kenapa saya merasa kegiatan ini harus kita dukung supaya menjadi besar dan mengembalikan musik pada akarnya, menyebarkan nilai dan rasa. Banyak persoalan yang diketahui oleh anak muda hanya kulitnya saja, pemberitaan media yang tingkat akurasinya pun dipertanyakan. Gerakan ini membuat sebuah pandangan baru tentang musik sebagai sarana pendidikan, keterlibatan anak muda menjadi kunci. Anak mudalah yang harus berani berbicara, lantang menyerukan kebenaran dan ambil peran untuk memberikan informasi.

Terimakasih @simponii atas obrolan singkatnya. Semoga gerakan serupa bisa tetap percaya diri maju untuk kebaikan dan menyebarkan semangatnya melalui musik.


sumber foto: www.simponi10.blogspot.com