Tuesday 26 November 2013

Lokananta Kini..



Konser Sahabat Lokananta di Solo sudah genap satu tahun yang lalu. Namun apakah ada perubahan berarti di Lokananta studio sendiri?

Jujur saya belum sempat ke Solo lagi untuk sekedar menjenguk atau bercengkerama. Permalahan ada di manajemen sehari-hari saya yang berantakan membagi waktu kuliah dan waktu kerja, belum lagi saya baru menelurkan sebuah web blog travelling. Makin jauhlah cita-cita saya untuk rutin ke Solo.

Setahun yang lalu persiapan saya hanyalah satu bulan saja dalam membuat Sahabat Lokananta, disambut dengan antusiasme besar oleh para penggiat musik. Namun satu hal yang seringkali saya temui sekarang, komentar tentang gerakan yang saya inisiasi tidak berujung pada sebuah hal yang berkelanjutan.

Awal saya berdua dengan Wendi Putranto membuat Sahabat Lokananta memang untuk mempublikasikan keberadaan studio tersebut dan tak ada niat untuk aksi yang lebih lanjut, karena kita berpendapat ada yang lebih kompeten untuk turun tangan, kita hanya penghubung dan pemantik agar orang lebih peduli terhadap tempat ini.

Berlanjut dengan pertemuan tiga teman lainnya, Alain Goenawan, Sarah dan Ajeng, jadilah beberapa acara dan gerakan Sahabat Lokananta. Gaungnya terdengar hingga ke beberapa pulau besar lain di Indonesia.
Saya merasa hal paling mendasar dari permasalahan Lokananta adalah kesadaran akan pentingnya arsip dan dokumentasi. Melalui crowdfunding saya dan teman-teman Sahabat Lokananta membuat diskusi dan menjual kaos berdesain studio Lokananta lalu hasil penjualan dibelikan AC.

Beberapa hari yang lalu Pak Andi menghadiri Music Fair di UI, dengan wajah berseri-seri beliau mengabarkan hal gembira, di depan saya, Mondo dan Sarah Glandosch yang kebetulan jadi pembicara juga di acara.

Beberapa bulan yang lalu pak Dahlan Iskan berkunjung untuk melihat keadaan Lokananta. Beliau menyuruh ada band untuk latihan dan melihat kualitas alat band Lokananta lumayan menyedihkan. Secepatnya beliau ingin membuat pembaharuan di studio dan tempat recordingnya dengan alat-alat yang layak. Ada kucuran dana dari pusat dengan jumlah yang fantastis untuk balariung, pusat seni budaya, museum dan percetakan. Rencana pembangunan hotel dan mall yang dikhawatirkan akan menggusur Lokananta ternyata tidak akan terjadi.

Pemerintah akhirnya melihat Lokananta sebagai aset musik Indonesia dan juga akan meniadakan tempat futsal yang ada di sana. Pak Dahlan Iskan datang setelah ada AC dan cover vinyl. Pak Andi berterimakasih pada Sahabat Lokananta dan Gerakan Malang Bernyanyi. Ternyata apa yang kami lakukan tidak sia-sia. Semuanya harus dilakukan dengan cepat agar pemerintah janji pemerintah bukan hanya jadi isapan jempol belaka.

Pak Andi meminta tolong agar Glenn Fredly, Sarah Glandosch, Wendi Putranto,  Alain Goenawan dan Sahabat Lokananta membantu membuatkan strategi. Jangan sampai momentum ini hilang. Kemenparekraf juga akan bekerjasama dengan kita untuk membuat souvenir dari Lokananta.


Tidak akan ada kesia-siaan untuk sebuah semangat musik berbentuk solidaritas bersama. Semoga kita sampai pada akhir di misi ini sebagai Sahabat Lokananta.

No comments:

Post a Comment