Monday 11 March 2013

Pekan Musik Nasional #3


Hari ini topik kita adalah Musik, Kolaborasi dan Pemanfaatan Ruang Publik.

Tema ini diangkat untuk mensosialisasikan musik dengan kemasan berbeda. Di saat beberapa musisi kalut dengan keadaan industri musik sekarang ini, sebenarnya banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan. Semuanya bisa mengubah pesimis industri musik menjadi optimis industri musik. Betapa tidak, walaupun dengan keadaan penjualan fisik yang menurun drastis, dunia pertunjukan masih hingar bingar dan menjanjikan.

Semestinya kita bisa melihat peluang ke arah yang berbeda, saat musik dikemas dengan lebih menyenangkan melalui kolaborasi dengan pihak yang istimewa, ada kemungkinan musisi bisa mendapatkan harapannya kembali. Salah satu sarana untuk kolaborasi bisa menggunakan ruang publik, sederhana dan tidak perlu banyak mengeluarkan biaya.

Kolaborasi bisa memang berangkat dari keinginan berbagi dan diskusi ataupun membuat karya dengan mengenalkannya unsur ruang publik sebagai pelengkap. Kolaborasi bisa apa saja, segala kemungkinan bisa terjadi, musik dan tari dengan seni gerak, kolaborasi media sosial lalu berkontemplasi dengan ruang publik. Banyak ide yang bisa dikembangkan dan digali lebih luas lagi.

Ada 3 narasumber yang diundang untuk berbagi hari ini:

- Iga Massardi dengan KGG (Kelas Gitar Gratis) di Taman Suropati, Iga menelurkan idenya untuk membuka kelas gratis dan mengajak orang untuk ikut di media sosial. Dengan semangat berbagi, Iga berpendapat: “Jangan pernah underestimate apa yang lo punya. Sedikit apapun ilmu yang lo punya ketika lo niat untuk membagi ilmu tersebut kepada orang lain, ilmu tersebut akan menjadi sesuatu yang berharga bagi orang lain”
Dengan menggunakan Taman Surapati yang merupakan ruang publik, Iga telah mengumpulkan para pecinta gitar untuk belajar bersama.

Kita tidak akan pernah tau komunitas KGG ini dua tahun lagi bisa berkembang pesat dan bisa memproduksi karya fisik dengan karya musik segar garapan Iga Massardi. Atau siapa tau beberapa kelas lainnya di Taman Surapati (seringkali ada komunitas biola yang berlatih di Taman Surapati dan ada Keroncong Tugu sering latihan di sana) mengajak KGG untuk membuat pementasan orkestra. Ya, tidak ada yang tidak mungkin. Iga Massardi mengawali KGG dengan niat sederhana namun segala hal yang berangkat dari hati seringkali lebih mulus jalannya dibanding yang sekedar mencari materi.

- Irwan Ahmett adalah artis yang selalu membuat project yang mengintervensi yang diangkat dari isu sosial dan mengajak publik untuk berpartisipasi langsung. Pelbagai hal yang ia lakukan selalu menyajikan konsep yang brilian dan unik. Projectnya terlihat menyenangkan dan publik tampak tidak keberatan untuk kolaborasi. Karya-karyanya bisa dilihat di  http://www.youtube.com/user/irwanahmett?feature=watch

Irwan Ahmett sengaja diajak ikut diskusi ini supaya kita bisa terinspirasi dengan apa yang telah ia lakukan, apalagi kalau para musisi bisa terlibat dengan berbagai aksi yang ia lakukan. Selain karena musik lebih mudah menyebarkan misi ke publik, musik pun seharusnya akan bisa menjadi alat untuk mengubah pandangan seseorang mengenai isu sosial. Dan Irwan Ahmett akan bercerita langkap apa saja yang bisa dilakukan untuk pemanfaatan ruang publik.


- Tedi En, asli Jatiwangi, Cirebon. .Tedi En merupakan musisi dari Jatiwangi yang coba mengeksplorasi musik keramik dan mengembangkan alat musik keramik lewat KOSMIK. Bersama Jatiwangi art centre banyak sekali yang telah Tedi lakukan untuk publik melalui musik. Beberapa kali melakukan pementasan yang kreatif dengan menggunakan genteng. Ia pun bisa membuat alat musik dengan tanah liat. Ya kolaborasi tidak hanya dengan komunitas atau segelintir orang yang satu visi. Kolaborasi pun bisa lahir dari inisiasi pengembangan ide. Dari hal yang semestinya kita lakukan dengan pakem yang jelas, namun dapat didobrak dengan semangat perubahan. Berikut karya Tedi En, gitar dari tanah liat:  http://www.youtube.com/watch?v=HqQ5Q3PK2tE

No comments:

Post a Comment